-
Bandung, Indonesia
Bayangkan seorang siswa bernama Dikas. Ia selalu merasa cemas setiap kali bel istirahat berbunyi. Di kantin, sekelompok siswa sering mengejeknya karena cara berbicaranya yang sedikit berbeda. "Dikas gagap! Dikas gagap!" mereka menirukan dengan nada mengejek. Teman-temannya tertawa, sementara Dikas hanya bisa menunduk. Ia ingin melawan, tapi takut keadaan semakin buruk.
Di sisi lain, ada Litan, seorang teman sekelas Dikas yang menyaksikan semua itu. Ia merasa tidak nyaman, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Ia takut jika berbicara, justru akan menjadi target berikutnya. Sementara itu, pelaku bullying merasa kuat karena mereka tidak pernah mendapat konsekuensi atas perbuatannya.
Situasi ini menggambarkan betapa kompleksnya ekosistem bullying di sekolah. Ada pelaku, korban, pengamat, dan terkadang, pembela yang berani bertindak. Untuk mengubah ekosistem ini, diperlukan pendekatan yang berbeda—bukan sekadar hukuman, tetapi edukasi yang menyenangkan dan membangun kesadaran.
Bullying bukan hanya soal dua pihak (pelaku dan korban), tetapi juga melibatkan berbagai peran:
Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bebas bullying, diperlukan strategi edukatif yang mampu mengubah pola pikir siswa dan membekali mereka dengan keterampilan sosial yang tepat.
Permainan edukatif menjadi salah satu cara efektif dalam mengajarkan siswa tentang bullying, karena:
Seperti yang dikatakan oleh Fred Rogers, "Permainan memberi anak-anak kesempatan untuk berlatih menjadi orang dewasa." Oleh karena itu, permainan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana pembelajaran yang dapat membantu anak-anak memahami konsep anti-bullying dengan lebih mendalam.
Sebagai salah satu contoh permainan edukatif yang dirancang untuk mendidik siswa tentang anti-bullying, Pembela: Permainan Edukasi Membangun Empati dan Lingkungan Anti Perundungan, dikembangkan oleh Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA) Bandung dengan dukungan Save the Children. Permainan ini membantu siswa memahami peran mereka dalam ekosistem bullying serta membangun keterampilan sosial yang mendorong mereka menjadi pembela aktif di lingkungan sekolah.
Melalui Pembela, siswa dapat mengalami berbagai skenario bullying dan belajar bagaimana bertindak sebagai pembela yang mendukung korban serta menciptakan lingkungan yang lebih aman. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan berbasis pengalaman, permainan ini membantu menginternalisasi nilai-nilai anti-bullying tanpa harus menggunakan metode yang membosankan atau penuh tekanan.
Permainan edukatif adalah alat yang sangat efektif dalam mendidik siswa tentang bullying. Dengan menggunakan pendekatan yang interaktif dan menyenangkan, permainan dapat membangun empati, meningkatkan kesadaran sosial, serta membekali siswa dengan keterampilan untuk mencegah dan menangani bullying.
Mari kita ubah cara kita mengedukasi anak-anak tentang bullying! Karena dengan bermain, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga mengalami, memahami, dan akhirnya berani untuk bertindak. Apakah Anda siap membawa perubahan ke sekolah Anda?